Al Bakka’un
Masa-masa itu, cuaca musim panas begitu angkuhnya. Suhu yang amat tinggi membuat lemah hati setiap kafilah yang ingin melewati padang pasir. Namun tekad Rasulullah saw untuk memobilisasi pasukan untuk menghadang pasukan Romawi yang ingin membalaskan kekalahan memalukan di Muktah, tampaknya sudah bulat. Keadaan ini benar-benar berat bagi orang-orang yang di hatinya ada penyakit. Apalagi saat itu panen sedang berlimpah. Tak urung kondisi ini membuat mereka menimbang-nimbang seruan jihad Rasulullah saw tersebut. Begitulah kaum munafiqun. Namun tidak demikian bagi kaum mukminin. Alih-alih menyurutkan semangat, menyikapi seruan jihad Rasulullah saw, kaum beriman justru menyambut dengan gembira.
Kaum beriman menyambut ajakan tersebut laksana kaum yang mendapati cahaya dalam kegelapan. Seluruh kaum beriman bangkit mempersiapkan diri menghadapi peperangan, tak terkecuali kaum yang miskin papa. Kaum yang miskin tersebut sebenarnya tak memiliki perbekalan yang layak untuk maju ke medan jihad, namun tampaknya gelora keimanan yang membara di dada-dada mereka tidak menjadikan mereka berniat mengambil rukhshoh. Walaupun demikian. sang pemimpin, Rasulullah saw tetap mempertimbangkan rasionalitas dalam strategi perangnya. Kaum yang tidak memiliki perbekalan yang layak dilarangnya mengikuti perang. Maka pulang dan menangislah kaum miskin papa yang tak berbekalan itu. Dan mereka pun dijuluki Al Bakka’un (orang yang menangis).
Seorang teman menceritakan kegagalannya untuk berangkat menjadi sukarelawan di Aceh. “Ane ga lulus seleksi.” sesalnya. “kalo dipikir-pikir, sepertinya cukup sering juga ane menjadi Al Bakka’un seperti ini… maju dengan semangat membara, dan pulang karena ditolak…”. “Ha?” sahutku, “wah…akhi, jangan terlalu mendramatisir begitulah…” hiburku. Kesedihannya membuatku termenung sejenak. Jika coba diekstrapolasikan, untuk suatu kegiatan sosial seperti ini saja tidak lulus seleksi, bagaimana jika suatu saat ada panggilan jihad…? Bisa-bisa baru mendaftar pun sudah tidak boleh…
Hua.. tiba-tiba saya jadi cemas. Temanku itu mendaftar sukarelawan, lalu tidak lulus, dan mengklaim diri sebagai al Bakka’un. Lalu bagaimana dengan diriku? Mendaftar pun tidak… ah, jadi ingat beberapa urusan yang kuanggap menjadi penghalang bagiku untuk mendaftarkan diri… ah.. semoga Allah tidak menilaiku sebagai munafiq… semoga kerjaan ‘ecek-ecek’ beberapa waktu lalu ada juga catatannya di sisi Allah… sing ikhlash..sing ikhlashh…
--- ...
li mujahidu li nafsihi
0 Comments:
Post a Comment
<< Home